Sabtu, 18 Juli 2009

Ciri Khas Batik Semarang

Lima Mei Dua Ribu Sembilan, selesailah sudah kisah perjalanan selama lebih dari 30 tahun nyaris berbarengan dengan runtuhnya patung sang legenda atas kenangan kejayaan di tahun 1987 silam. Sebuah kisah tragis dari sebuah klub sepakbola yang tumbuh dan menorehkan ceritanya dengan lumpur lapangan becek, sebuah tancep kayon dari fragmen cerita tentang sejarah sepakbola di kota panas bernama Semarang, dan ini adalah sebuah ode untuk klub sepakbola yang pernah saya dukung ketika saya menjadi remaja tanggung belasan tahun silam. Ya, ode untuk PSIS Semarang, sang Mahesa Jenar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar